Sabtu, 24 Januari 2015

   Alat Bajak Tradisional-Modern

Pembajakan dimulai dari kegiatan mencangkul. Ketika pertanian pertama kali berkembang, cangkul dan alat serupa digunakan di daerah di mana banjir tahunan mengembalikan kesuburan tanah, seperti di pinggir sungai nil. Cangkul digunakan untuk membuat alur tanam (furrow) untuk menanam benih. Cangkul merupakan inovasi yang dikembangkan secara independen antara suku dan budaya. Mencangkul masih menjadi metode pengolahan tanah di negara tropis dan lahan pertanian yang curam. Namun petani modern masih menggunakan cangkul meski jarang, untuk mengolah bagian tanah yang sempit ketika menggunakan traktor tidak efisien.
Bajak Ard ditemukan di Mesir, diperkirakan pada awalnya ditarik oleh manusia, namun setelah domestikasi ox sekitar tahun 6000 sebelum masehi yang lalu oleh Peradaban Lembah Sungai Indus, ox digunakan sebagai penarik bajak ard. Bagian yang menyentuh tanah adalah bagian yang runcing yang bergerak dan membuat rekahan alur sepanjang tanah. Ard lebih cocok digunakan pada tanah yang mengandung lempung atau pasir yang secara alami disuburkan dengan banjir tahunan seperti di lembah sungai Nil dan sekitar hilal subur.
Bajak singkal berkembang terutama di daerah yang tidak mendapatkan banjir tahunan dalam mengembalikan kesuburan tanah; biasanya di daerah yang jauh dari sungai. Pada wilayah dengan tipe seperti ini, tanah harus dibalik secara berkala agar kesuburan dari tanah bagian dalam naik ke atas sehingga bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan. Desain bajak singkal memungkinkan penetrasi yang lebih dalam sambil mengangkat tanah dari bagian dalam agar menuju ke permukaan dan tanah di bagian permukaan menjadi turun dengan cara membaliknya.
Desain bajak singkal yang terbuat dari kayu cenderung rapuh dan mudah rusak jika bekerja di tanah yang berat. Selain itu, untuk penetrasi yang lebih dalam pada tanah yang berat, bajak singkal dari kayu tidak bisa digunakan. Sebelum Dinasti Han, bajak di China dibuat terutama dari kayu kecuali bagian mata bajaknya yang terbuat dari logam. Inilah era pertama mulai diketahui penggunaan logam (besi) pada bajak untuk menambah berat bajak dan meningkatkan kekuatannya terhadap tanah.Peradaban Romawi mulai mengembangkan bajak serupa dengan ditambahkan roda, pada abad ke-3 dan ke-4 masehi.
Desain bajak singkal tidak berubah selama kurang lebih seribu tahun. Perubahan mendasar baru terjadi ketika dimulainya Abad Pencerahan. Joseph Foljambe di Rotherham mendesain Bajak Rotherham.Perkembangan dalam ilmu metalurgi telah membawa perkembangan bajak menjadi lebih terencana dengan logam paduan besi yang lebih tebal namun lebih lunak untuk mata bajak agar tidak mudah patah. Mata bajak yang melengkung lebih mudah diperbaiki dibandingkan mata bajak yang patah. Seringkali mata bajak yang patah harus diganti dengan yang baru.
Perkembangan berikutnya tidak terlepas dari penemuan mesin uap yang serba guna dan dapat digunakan di berbagai tempat. Kendaraan penarik lalu digunakan untuk menarik mesin bajak sehingga penggunaan hewan sebagai tenaga penarik mulai berkurang. Seiring waktu dengan peningkatan kekuatan traksi mesin traksi (traktor), jumlah baris yang mampu ditarik oleh traktor semakin bertambah, desain bajak semakin berat untuk menambah kedalaman pembajakan (subsoiler), dan implemen bajak digabungkan dengan garu, penanam benih, dan pemberi pupuk sehingga pekerjaan di lahan usaha tani menjadi lebih efisien.

 
SUMBER: WIKIPEDIA


 
  •   KENTONGAN 

 
 
Kentongan merupakan alat komunikasi zaman dahulu yang dapat berbentuk tabung maupun berbentuk lingkaran dengan sebuah lubang yang sengaja dipahat di tengahnya. Dari lubang tersebut, akan keluar bunyi-bunyian apabila dipukul. Kentongan tersebut biasa dilengkapi dengan sebuah tongkat pemukul yang sengaja digunakan untuk memukul bagian tengah kentongan tersebut untuk menghasilkan suatu suara yang khas. Kentongan tersebut dibunyikan dengan irama yang berbeda-beda untuk menunjukkan kegiatan atau peristiwa yang berbeda. Pendengar akan paham dengan sendirinya pesan yang disampaikan oleh kentongan tersebut.

Manfaat Kentongan

Awalnya, kentongan digunakan sebagai alat pendamping ronda untuk memberitahukan adanya pencuri atau bencana alam. Dalam masyarakat pedalaman, kentongan seringkali digunakan ketika suro-suro kecil atau sebagai pemanggil masyarakat untuk ke masjid bila jam salat telah tiba. Namun, kentongan yang dikenal sebagai teknologi tradisional ini telah mengalami transformasi fungsi. Dalam masyarakat modern, kentongan dijadikan sebagai salah satu alat yang efektif untuk mencegah demam berdarah.Dengan kentongan, monitoring terhadap pemberantasan sarang nyamuk pun dilakukan. Dalam masyarakat tani, seringkali menggunakan kentongan sebagai alat untuk mengusir hewan yang merusak tanaman dan padi warga.

Kelebihan

Kentongan dengan bahan pembuatan dan ukurannya yang khas dapat dijadikan barang koleksi peninggalan seni budaya masa lalu yang dapat dipelihara untuk meningkatkan pemasukan negara.Kentongan dengan bunyi yang khas dan permainan yang khas menjadi sumber penanada tertentu bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kentongan merupakan peninggalan asli bangsa Indonesia dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Perawatannya juga sederhana, tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus.

Kelemahan

Kentongan masih banyak kita temui dalam masyarakat modern, namun fungsi kentongan sebagai alat komunikasi tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan tergesernya kentongan tersebut dengan teknologi modern. Kegunaan kentongan yang sederhana dan jangkauan suara yang sempit menyebabkan kentongan tidak menjadi alat komunikasi utama dalam dunia modern ini.

Era Globalisasi

Di era globalisasi sekarang ini alat komunikasi telah berkembang jauh melebihi batasan pemikiran sebagian besar manusia. Ketiadaan batasan ruang dan waktu membuat orang berlomba-lomba menciptakan beragam penemuan yang lebih praktis dan lebih luas jangkauannya.



  •  SIRENE
  Sirene adalah alat untuk membuat suara ribut. Sirene berfungsi untuk memperingati masyarakat akan bahaya suatu bencana alam dan digunakan untuk kendaraan layanan darurat seperti ambulan, polisi, dan pemadam kebakaran. Bentuk sirene yang paling modern adalah sirene serangan udara, sirene tornado, sirene tsunami dan sirene untuk kendaraan layanan darurat. Untuk sirene pemadam kebakaran biasanya juga digunakan sebagai sirene tornado dan penjagaan terhadap masyarakat. suara dari sirene dahulu kala diproduksi dibawah air karena dihubungkan dengan Siren dari mitologi Yunani. Kini sirene digunakan untuk penjagaan terhadap masyarakat dan peringatan serangan udara. Sirene secara umum ada dua jenis yaitu Pneumatik dan Elektronik.


Sirene biasanya diletakkan menjulang di tempat yang tinggi di ujung atas atap atau di sisi samping pos pemadam kebakaran, di atas struktur bangunan tinggi seperti menara air,ditempatkan menjulang dekat gedung pemerintahan, di tempat-tempat strategis di lingkungan masyarakat , atau ditempatkan secara sporadis di lingkungan masyarakat agar suara peringatan bisa tercakupi untuk semua area. Kebanyakan sirene hanya memiliki satu jenis nada atau suara Melihat cara kerja sirene secara umum, secara mekanis sirene digerakkan oleh sebuah motor elektrik dengan rotor terpasang pada shaft. Beberapa Sirene versi terbaru secara elektronik digerakkan oleh pengeras suara. Walau begitu versi sirene seperti ini bukanlah versi yang umumnya ada. Sirene memiliki banyak tipe. Beberapa contoh tipe sirene yang umum di Amerika Serikat diantaranya adalah tipe Federal Signal Model 7, Model 2, Model 5, 3T22, Thunderbolt 1003, STH10, STL-10, The ACA Banshee,dan Screamer and the Sterling (sekarang Sentry) sirene Model M.
Di Indonesia, Sirene banyak digunakan untuk mobil-mobil layanan darurat seperti ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan petugas penegak hukum tertentu, kendaraan petugas pengawal kepala negara atau pemerintahan asing yang menjadi tamu negara, kendaraan polisi, dan kendaraan palang merah. Selain itu di Indonesia sirene juga digunakan sebagai peringatan bencana yaitu untuk peringatan dini tsunami, bukan ancaman bahaya angin tornado seperti di Amerika Serikat. Beberapa contoh daerah provinsi pesisir rawan tsunami yang telah dipasangkan sirene untuk peringatan dini tsunami adalah di pesisir pantai Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Bali. Sirene peringatan dini tsunami ini memiliki radius suara 2 hingga 3 kilometer dan seluruhnya ini dioperasikan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

Sejarah Sirene ditemukan oleh seorang filsuf dari Skotlandia John Robison pada tahun 1799. Sirene buatan Robison saat itu digunakan sebagai sebuah instrumen musik ketimbang untuk memberi peringatan. Sirene itu berupa pipa-pipa yang terpasang pada sebuah organ. Sirene kreasi John Robison terdiri dari kunci pipa yang digerakkan melalui perputaran roda yang membuka dan menutup tabung berisi udara. Pada tahun 1819, Baron Charles Cagniad de la Tour mengembangkan teknologi sirene. Sirene kreasi De la Tour terdiri dari cakram yang dilubangi yang dijulangkan pada sumbu dalam outlet di tabung udara. Satu cakram diam sedangkan cakram yang satunya lagi berputar. Cakram yang berputar kemudian menyela aliran udara yang masuk dari cakram yang diam hingga kemudian muncullah nada atau suara.
Kini, di zaman modern, teknologi sirene sudah tidak lagi menggunakan cakram. Ketimbang menggunakan cakram, secara umum sirene zaman sekarang menggunakan dua silinder bertitik pusat yang memiliki celah sejajar dengan panjang mereka. Silinder bagian dalam berputar sedangkan yang lainnya tetap diam. Tekanan udara kemudian keluar dari silinder bagian dalam untuk kemudian keluar melalui celah silinder luar. Aliran udara yang ada secara periodik kemudian disela hingga kemudian menghasilkan suara. Setelah ditemukannya listrik, maka teknologi sirene kemudian berkembang lagi. Sirene digerakkan dengan tenaga motor listrik yang kemudian menggerakkan udara melalui sebuah kipas sentrifugal sederhana yang dipasangkan ke dalam silinder dalam. Untuk mengarahkan dan memaksimalkan suara, sirene kemudian dilengkapi dengan sebuah klakson yang berfungsi mengubah tekanan gelombang suara tinggi ke tekanan gelombang suara rendah di udara terbuka.


SUMBER:  WIKIPEDIA

Pemanfaatan Teknologi untuk Melestarikan Budaya dan Nilai Luhur Bangsa Indonesia 

          Indonesia, adalah bangsa yang kaya budaya. Terdiri dari berbagai macam suku dan etnik-etnik yang melahirkan budaya khas, unik dan berbeda. Tak ada satupun bangsa yang dapat mengalahkan banyaknya budaya yang kita punya, tak ada satupun bangsa yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya yang kita punya, tak ada satupun bangsa yang mampu menyamai adat-istiadat dan nilai luhur yang kita punya. Akan tetapi, kita sebagai generasi penerus bangsa seolah tak peduli dengan keragaman budaya dan nilai luhur bangsa sendiri. Kita lebih tertarik dengan adanya budaya luar yang cenderung terlihat lebih OK dan keren dalam pergaulan sehari-hari. Akibatnya kita seakan jauh dari budaya asli Indonesia dan dekat dengan budaya bangsa lain dan menjadikannya sebagai sebuah gaya hidup yang menurunkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam bangsa kita sendiri. Seharusnya, kita bangga dengan keragaman budaya yang kita punya dan melestarikannya. Orang-orang luar negeri saja bila berkunjung ke Indonesia dapat tertarik dengan budaya yang kita miliki dan bahkan mempelajarinya. Maka tak heran bila banyak bangsa lain yang mengakui atau mengklaim budaya kita sebagai budaya miliknya. Sedangkan kita, khususnya generasi muda malah mengabaikan budaya-budaya sendiri. Contoh, misalnya; kita lebih senang memakai baju-baju impor ketimbang memakai batik yang merupakan bagian dari budaya kita sendiri, lebih senang dengan aliran musik luar negeri yang walaupun tak mengerti bahasanya ketimbang sekedar mempelajari angklung, gamelan, kecapi dan sebagainya. Padahal bangsa lain pun iri dengan budaya tersebut. Misalnya saja Angklung diklaim oleh Malaysia. Ini membuktikan bahwa Malaysia pun iri terhadap budaya asli yang kita miliki. Bahkan bukan hanya angklung, budaya lain seperti wayang kulit, tari pendet, reog ponorogo, kuda lumping dan lagu rasa sayange.






            Di era yang serba modern ini, budaya dari luar sangat mudah masuk ke Indonesia dan mengancam kelunturan nasionalisme generasi muda. Untuk itu sebagai generasi penerus bangsa, kita harus senantiasa melestarikan budaya yang kita miliki. Caranya tidak harus setiap hari memakai batik, memakai kebaya, atau pakaian adat, atau selalu memainkan alat musik tradisional kapanpun dan dimanapun. Tapi kita juga dapat memberikan informasi tentang pentingnya budaya Indonesia serta mengajak teman-teman kita yang lain untuk menjaga kelestarian budaya Indonesia. Dengan adanya teknologi yang berkembang di era modern ini, kita dapat memanfaatkannya untuk berbagi informasi dan mengajak saudara/(i) kita untuk menjaga kelestarian budaya Indonesia tersebut dengan mudah dan efektif. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang pesat dan dapat dikatakan ampuh untuk menyebarluaskan suatu informasi, maka tidak ada salahnya kita mencoba turut serta melestarikan budaya serta nilai luhur bangsa Indonesia melalui pemanfaatan teknologi, yakni teknologi informasi. Misalnya melalui facebook, twitter, kaskus, plurk atau situs jejaring sosial lainnya. Misalnya dengan meng-update status tentang ketertarikan kita atau informasi menarik tentang suatu kebudayaan atau menuliskannya dalam catatan di situs jejaring sosial tersebut. Kemudian melalui situs milik pribadi (blog) seperti yang disediakan blogger (blogspot), wordpress atau blog.com. dengan menggunakan bahasa sesuai yang enak dibaca serta gambar yang menarik kita membuat suatu informasi berupa artikel tentang kebudayaan Indonesia. Demikianlah beberapa contoh pemanfaatan teknologi yang dapat kita jadikan sebagai sarana atau media untuk turut serta dan mengajak teman-teman kita untuk menjaga kelestarian budaya dan nilai luhur bangsa Indonesia. 
 
 
 Sumber : Wonderfull Inside